Overcast Clouds, 29°C
Kabupaten Simalungun terkenal akan keindahannya di seantero negeri ini. Aku lagi berselancar ke Sumatra utara dan ku perhatikan Sebuah foto menggambarkan gajah yang lagi diduduki seorang laki-laki captionnya tertera Cagar Alam Batu Gajah Simalungun. Kutelusuri lebih dekat lagi seorang pemuda pendek tegap duduk jongkok di bebatuan besar dan didepannya kolam biru jernih. Daerah ini orang menyebutnya Umbul Manigom juga ada di Simalungun. Dan ini cerita asli bukan photo yang ada di Med Sos.
Pemuda ini bernama Salmon rumah nya dekat dengan wisata tadi dia ada di kecamatan Tiga Dolok Pahribuan kabupaten Simalungun kaban Jahe. Kala itu Ia sedang bambung – menganggur tamat SMA dan sekarang disekelilingi sebelas bersaudara kakak-kakak: Ke-1 Oberlin Sirait, Ke-2 Maknur, ke-3 Nurhaya rindu panggilannya rindu dan lahir di jaman pemberontakan tahun 58 dan ke-4 Hotman. Lalu 6 orang adik lain lagi, ke-6 Sudirman, ke-7 Nursinta, ke-8 Hokmer, ke-9 Elseria, ke-10 Mesta dan ke-11 Lusiana. Salmon mengenang dari sebelas bersaudara. Hampir kesemua abang sebagai petani dan satu orang adek seorang ASN. Ia mengidolakan kakak ke- 2 Maknur yang bukan petani dan tidak tinggal di kampung.
Maknur berkulit hitam dan rambut ikal duduk di kursi. Dikantong baju biru terselip pena pilot. Ia lagi menceritakan keadaan kampungnya di Muara bungo. Samping kiri dan kanannya abang dan adek. Sesekali kedua telapak tangan Maknur melebar mendandakan suatu object yang besar.
Maknur: Tanah bossku, ada dua puluh hektar
Abang: Jadi apa kau disana?
Maknur: Aku supir pribadi si Boss.
Salmon menguping hingga selesai sampa Maknu pulang lagi ke jambi ke-eseokannya. Ia nekat minggat, dengan baju melekat dibadan, ia ambil ransel dan memasang sepatu buru-buru keluar rumah untuk menyusul kakak nya yang sudah ada di Mobil.
“Bang, aku tidak mau menganggur. Aku Ikut abang ke mana kaupun pergi”
Abang: Sudah pamit kah kamu dengan Mamak
Salmon: Nggak bang.Aku takut nanti tidak boleh keluar rumah.
Dalam perjalanan waktu itu mereka ber jalan membawa mobil pickup chevrolet, salmon ikut kakak ke-2 menyetir mobil bosnya. Ia sebagai supir pribadinya di perkebunan. pas dia bawa mobilnya dari jambi ke medan membawa bossnya mau pergi acara.
Diperjalanan melewati tikungan bonjor daerah paling curam di sumatra, menuju Padang mobilnya tabrakan dengan bus ANS. Salmon berteriak di belakang, “Bus yang datang dari Padang menuju medan menghantam mobil kakak nya, Maknur. Salmon dan kakak nya hampir tewas. Salmon melihat mobilnya penyok dan berhenti di situ yah, sang kakak mencoba berdamai dengan Sopir Bis ANS.” Jelas Salmon.
Mobil kakak di tarik dengan kayu panjang. terus dari Bonjor itu menuju ke arah Jambi. Naas mobil kakak yang disambung kayu dan ditarik oleh Truk terlepas karena patah dan melewati mobil kakak yang digandeng ini, nyaris kami celaka yang kedua kali. “Mati saya … berulang-ulang.” Salmon mengeluh.
Akhirnya kayu diganti, mobil diderek terus berjalan sampai Jambi. Di daerah Muara Bungo mobil dimasukan ke bengkel.
Di Muaro bungo ini Salmon kerja serabutan di perkebunan di PT 46. Dikasih parang, bekerja sebagai harian lepas membersihkan hama dan rumput.
Hari-hari dia memakai baju lengan panjang dan topi lebar menghindari sengatan matahari. Besi panjang mirip garpu raksasa ditusukan tandan sawit lalu dia panggul dipundak sebelah kanan. Ia memanggulnya lumayan jauh karena selanjutnya akan disatukan di timbun di pinggir jalan. Sebelum truck datang menjemput.
Jam dua belas siang, Salmon dan beberapa teman berteduh untuk istirahat.
Salmon: “Panas terik. Kukais rejeki barang berapa perak. Sedangkan juragan berleha-leha di pondok menghitung tumpukan uang.”
Teman: “Kamu benar lae. “
Salmon: “Suatu hari, aku harus memiliki kebun seperti ini.”
Teman:” Itu bisa lae lakukan, masih muda berpotensi mendapatkan cita-cita.”
Salmon: “Aku istirahat sebentar, Bangunkan aku jam setengah dua yah.”
Kakak-kakak Salmon tidak memberikan harapan seperti yang diinginkannya apakah kuliah atau melamar menjadi PNS di sumatra.
Hidupnya tanpa kompromi hanya menjadi harian lepas.
Semasa di sekolah Salmon sudah lama mendengar hutan tebesar Kalimantan sebagai pemasok energi dan sumber daya alam dengan pemandangan pabrik, tambang, dan truk pengangkut karet atau kelapa sawit. Ia nekat ke pelabuhan mengikuti kelompok orang dari bungo ke Kalimantan.
Penumpang yang berangkat ke balikpapan di dominasi oleh laki-laki dewasa dan remaja yang akan bertransmigrasi. Crew kapal yang bertugas menjaga kebersihan dan keamanan dan ketertiban tampak turut juga menaikan penumpang dan mengangkat barang barang serta menggendong anak-anak yang terhimpit antrian keatas tangga.
Dari selembar tiket itu diketahui bahwa keberangkatan perjalanan tertulis hari sabtu, jam 5 sore.
Petugas: Tunjukan Tiket dan KTP
Supatno: Ada pak.
Petugas mengecek berulang-ulang.
Petugas: Berapa orang?
Salmon bersembunyi di bawah kasur.
Sampai di pelabuhan semayang, perjalanan dilanjutkan ke tanah Grogot. Diperkebunan grogot tugasku menyemprot tanaman. Salmon tidak betah kehidupan di perkebunan tidak maju-maju. Ditanah perkebunan yang baru dibuka, sepi. Dan tidak menghasilkan uang yang banyak. Salmon mau meninggalkan tempat ini.
“Lalu saya pergi ke terminal. Di situ saya dengan ada orang Batak marga Sirait tinggal di gunung Polisi. gunung polisi.
Saya kira ia polisi sekalinya ia pekerja Pertamina. Pas waktu itu saya datang ke situ hampi bersamaan karyawan nya banyak yang di PHK. “
Dirumah Sirait ini , ia perhatikan Orang batak Sirait ini termasuk kurang harmonis dengan orang tuanya. Orang tuannya tinggal di Muara Badak tidak ada yang perhatikan.
Salmon minta izin pindah, keluarga Sirait memperkenalkan dengan adiknya sebagai tentara dan hidup di Samarinda.
Salmon ikut di rumah dengan tentara satu fam dengan dia. Tentara nya kerja dan ia bersih bersih dirumah sekaligus mencuci baju. Berikutnya Salmon mencari info kemana-keman agar dapat pekerjaan. Abangnya di Samarinda ini meminta untuk mengurus KTP dll
Salmon masih tidak dapat juga pekerjaan di samarinda. Memasukan lamaran ke perusahaan Plywood, tidak ada juga panggilan.
Suatu pagi di sebuah dapur kumuh, Salmon mencium sambal terasi yang sudah jadi dalam kuali dibuat juragan perempuannya. Diatas kompor gas masih menyala api memasak air. Satu meter ke kiri, ada Salmon sedang duduk mengiris dan memototong tempe. Kursi plastik yang diduki masih kokoh menjaga dirinya tidak oleng. Salmon memegang peran utama terutama dalam menjalankan rutinitas keseharian dalam rumah tangga,sehingga juragannya seringkali merasa timpang dan kehilangan,ketika ia tidak dirumah.
Juragan perempuan: Tolong dimatikan kompor, jika mendidih Mon. Aku mengantar adikmu dulu kesekolah.
Salmon: baik Kakak.
Juragan Perempuan: Tempe jangan terlalu gosong.
Salmon tidak berkata-kata hanya mengangguk patuh. Ahirnya ia bersuara juga. Kak, nanti setelah masak aku mau izin keluar dulu bertemu teman.
Juragan: Iya, boleh
Berangkat pagi dari pasar pagi sampai ke jembatan mahulu cari pekerjaan jalan kaki. Naas juga, kalau bertemu dengan yang dicari dapat pekerjaan “bangunan”, pasti ia ditanya “Kamu suku apa?” dan biasanya tidak diterima.
Lewat kenalan “Ismail” suku Banjar di samarinda Seberang mengajak untuk kerja mengumpulkan batu gunung.
Salamon dengan empat orang laki-laki lain modal sandal jepit, celana training dan kaos pemberian tentara memukuli batu-batu besar untuk diangkut ke pembeli umumnya orang-orang yang bangun rumah.
Tangan Salmon pecah memecah batu dan mengangkutnya ke pabrik, Iama kelamaan selain pengambil batu gunung Salmon ikut juga kerja proyek membangun pabrik plywood di Samarinda Seberang. Kadang-kadang mengambi pasir dihulu Sungai Mahakam surut pas dia suruh ambil pasir untuk bikin bangunan.
Ismail teman satu gang di perumahsan perhatian.
Ismail: Tangan mu kenapa lae?
Salmon: Kukira kupukul dengan hammer.
Ismail: Hati-hati lae Infeksi.
Salmon: Sudah kubersihkan tinggal kukasih alkhol saja.
Pada tahun 1986, Salmon ikut pekerjaan bangunan di pabrik Pabrik plywood, sebagai orang proyek mendapat kesempatan untuk kerja di plywood. Ia ditempatkan bersama-sama cewek di bagian repair.
Pemiliknya Orang Cina dan bodiguardnya orang Madura, “Sukar” namanya. Ia didatangi. Dalam camp dibentak-bentak keras sekali suaranya malam itu. Ceritanya Ia membantu orang sambil belajar menjalankan forklif. Operator forklif senang dibantu dan bisa istirahat tetapi ini melanggar peraturan perusahaan.
Rupanya ada yang melapor kalau selama ini ia kadang-kadang mengambil material dengan forklift.
Bodiguard: “Kamu jangan bohong, mengaku saja! Aku sudah nasehati, kamu masih bandel” sambil mengeluarkan celurit dari balik baju, ia mau dipotong.
Salmon: pasrah “terserah kamu, kita sama-sama manusia. Kamu makan nasi, saya juga.
Ahirnya bodyguard itu tidak jadi ngapa-ngapain . Sejak kerjadian itu saya bisa kerja sebagai operator di pabrik plywood sampai kedudukan sebagai pengawas lebih dari satu tahun.
Salmon kerja 12 jam dari jam 07.00 ke jam 07.00. Makan makanan di pabrik tidak sehat. Setiap hari dikasih kupon,setiap kali melihat makanan disajikan asal-salan membuat kita muak dan muntah, ahirnya sering terlambat makan dan Salmon jatuh sakit terkena maag akut. Akhirnya mengundurkan diri dari situ.
“Bagaiman hidup seperti ini” akunya. Lalu ia minta pamit dan dia bilang sabar saja di sini. Tapi Pak Salmon bertekad untuk keluar. Isterinya sampai nangis-nangis membujuk agar tetap tinggal disitu.
“Kakak saya pergi dulu ke Bontang” Salmon mendengan di bontang lagi pembangunan CRANE L & G. Sayang, disitu tetap tidak bisa masuk karena tidak punya backing. Salmon hanya bisa sebagai tukang rumput, bahasa kerennya “Cross Cutting” diperumahan PT badak selama beberapa bulan.
“Saya pergi lagi ke Samarinda, ke orang Batak fam nya Sinaga yang berkerja di departement ParPostel sedangkan istrinya di bagian kesehatan dan anaknya 3 orang. Disanalah pak Salmon Tinggal dan bekerja selama dua bulanan.
Salmon mau tinggal disitu siapa tahu akan diberi pekerjaan dan dicarikan Jalan. Salmon mengurusi dan merawat anak, memberi makan dan mengantar berangkat sekolah pagi-pagi. Jika mereka pulan terus disiapkan makan.
Mana tahan dengan gaji seperti itu tapi mau bagaimana lagi, kita Syukurin. Juga kalau mau ngurus kerja didalam susah banget karena tidak ada yang saya kenal. Lalu dengan kecewa Salmon keluar ikut lagi dengan kakak angkatnya nya yang tentara dari Samarinda pindah ditugaskan ke Bontang. Salmon dijadikan nya sebagai Hansip perusahaan.
Teman Hansip Salmon semua rata-rata orang tua. Dan mereka masa baktinya sudah mau habis sedangkan saya masih muda.” Aku Salmon. Disini bertahan sekitar 6 bulan lalu saya mendengar ada pembukaan tenaga karyawan besar-besaran di KPC,
“Pergilah saya ke sini dulu 17-8- 1988.” Salmon sebatang kara tidak ada siapa-siapa untuk masuk kedalam. Dia bersyukur ada Bilman Sirait, yang Rumahnya di izinkan untuk dia tempati di kabo. Kala itu ada 11 orang pengangguran di rumah tsb. Rumah ini dekat lapangan bola kaki.
Bilman berpesan: tinggalah kalian disitu yang penting kalau lapar berat ambil beras dari warung bugis nama nya “, kalau perlu ikan Kalian harus cari.
Kelompok pengangguran: Kalau pulang nyari kerja, kita mencari cacing buat umpan.
Jadi kalau lauk tidak masalah. Beberapa bulan kerja kami hanya memancing ikan.
11 orang semuanya pengangguran terbuka tidak mempunyai pekerjaan. Ramai – ramai berusahan melamar ke KPC atau kontraktornya.
Salmon beruntung dapat kerja dibagian survey PT Thiess. Sayang tidak bisa bertahan lama dia diberhentikan. Kerja survey tidak mengenal waktu. Salmon terkena penyakit demam Malaria. Richard boss disana tidak bisa tidak mau memperkerjakan orang sakit. Salmon masuk kerja masih baru 3 bulan dan belum menjadi karyawan tetap. Salmon melapor kepada depnaker tetapi tidak bisa membantu. Karena pada intinya harus selesai masa percobaan sedangkan ia sakit.
Tuhan masih baik kepada Salmon, ia bisa bergabung dengan subkontraktor yang bertugas memasang rak di gudang Tenggo Delta. Ada dua orang batak, ada banyak orang Bugis dan orang macam-macam pekerja harian lepas berbagai suku.
Bule pengawas dulu namanya Cyril Kennedy. Ia tidak menyenangi orang yang berkerja sambil tiduran tapi ia lihat saya rajin kerja memasang dan menyelesaikan walaupun jam istirahat. Sore-sore hari,
Cyril bilang kepada kami: “You – you and you no work tomorrow, finish and you also.”
Hanya Salmon dan Alwi bisa meneruskan berkerja disitu.
Tinggal mereka berdua. Salmon di perkerjakan sampai dengan gudang berdiri siap beroperasi. Salmo kerja terus dengan bossnya Frank Kuzma dan supervisornya orang philipina, Frank Pirey. Frank menyenangi Salmon yang rajin bekerja. Ia minta bawahannya mengurus pekerjaan menjadi karyawan KPC. Lalu diurus surat-suratnya dibikin untuk menjadi karyawan KPC dengan grade 3, gaji sebesar Rp 84.087 pada tanggal tanggal 4 bulan April tahun 1991.
Pak Salmon, aku baru tahu kamu di Rumah sakit Siloam sini. sekarang aku memikirkan mu. Pak, saya sduah keluar tanggal delapan, aku ketemu bapak saja kamar berapa? lalu ia ke tempat menginap.
Mari duduk sini, tempatnya agak nyaman diatas sofa merah. pak Salmon menyukainya. “Sakit aa pak? banyak penyakitku pak. Lambung, tenggorok, terakhir tipes. Kamu? Saya kontrol disini. Saya terkena katarak jadi dioperasi lasik. Tidak terasa di laser hanya 10 menit saja. “Bagus lagi yah?” iya. Makin muda kamu. Sudah berapa hari disiini lima hari, Begini loh trendnya itu. Awalnya leuocity 23000, kira-kira antibiotik masuk 1.5 hari atau 5 botol dikurulagi eh.. malah naik lagi 27000. Aku tambah bingung kata dokter apakah karena infeksi atau produsen sel.
Sakit jantung ku aku dipasang ring dua lagi, sekarang sudah berapa 8 ring. Padahal aku sudah mau pensiun lagi. Jadi bapak nggak bisa ikut perpisahan. Jadi bagaimana bapak tidur? nyenyak. ku tahu aku akan tidak bisa hadir ke tempat perpisahan tapi itu bukan ahir dari segalanya. Kita bisa curhat disini.
Apa yang sedang dilakukan disini setelah keluar dari RS. Sya menemani anak saya Cristian untuk menyelesaikan persyaratan magang di Restu Ibu. Ia mengurus internship mulai tanggal 20 may 2019. Kami bersama mencari tempat kos buat christian. Ahirnya kami dapat di jalan “Milono” nanti akan jalan kaki saja ker RS restu ibu. Berapa lama inteshipnya? Satu tahunn? Iya. Nanti bisa terus kah disitu? Coba saja dulu tergantung dia lah nanti. Ngambil intersip susah pak. Permainan nya itu dipusat sana.
Eii banyak berjubel orang disana, antri. Untuk penempatan ke daerah mana kita harus memberi pelicin ke petugas administrasi.Sebetulnya sudah ada prioritas kalau yang tamatan mulawarman memperoleh duluan. Baru universitas lain, ahirnya kami bersyukur bisa masuk ke Restu Ibu.Anakku Undip. Yang kami kasilah ke dia. Magang ini bukan dari sekolah tapi dari menteri kesehatan.
Karier
Aku mendengarkan cerita keseluruhan dimasa kehidupan di gudang. Leading hand saya yang pertama adalah Ginting Supriyanto. Ginting yang ditransport sekarang? itu boss mu dulu? Iya waktu ditenggo delta. Ia dulu bagian despach. Saya pertama-tama dulu di store lalu di rolling dibawahnya dia. Waktu di tenggo delta tahun sampai tahun ke-3. Bapak belum ada dulu? sudah yah? Berapa item di sana di gudang tenggo? masih sedikit. Kita melayani heavy equipment tapi masih kecil-kecil tidak seperti sekarang dan juga MEWS. Yang kita simpan itu 777, compactor, backo – hose-hose yang kecil-kecil lah. Light vehicle parts yang paling banyak.
Salmon menekan bibirnya, menunggu mengeluarkan jawaban. Jaman dulu itu aman-aman saja dibawah Frank Kuzma, orang Irish. Tapi kalau diluar sudah minum-minum banyak keonaran yang terjadi seperti Richard silalahi yang menusuk orang tambang. Setenang orang-orang catalogin dibawah Bob Brown, seperi parjuangan, Zainuri dan Ruben. Dian sidauruk yang kerja di expeditor. Kami dulu berhubungan langsung dengan user. Jaman dulu kita urusin segala macam oli. Dulu zaman masih pakai drum, dan forklift attachment. Kita bawa lima-lima drum, kita masih apa dulu… ia mengingat-ingat. Kita lashing drum-drum itu kita bawa ke m6. Dimuat ketruk ke surya, ke bintang di tambang-tambang.
Saya dulu termasuk kerja di Laydown. Dulu kami susun drum dan pipa plastik yang banyak itu. Karena banyaknya kami buat sendiri penyanggahnya agar tidak ambruk. Kita bikin tiangnya empat dan gali gali ebih dulu tanahnya agar bisa ditanam. Sekarang sudah ada centilever diperkenalkan oleh Frank Kuzma. Bracket yang bisa menampung 100 biji lebih enakan dari pada dulu, setengah mati kita mengurusnya. Pipa-pa itu di supply oleh Makita dan cv central dari balikpapan Kalau oli di supply oleh BIP – Bumi indah Permai.
Aku dulu ditangkap polisi gara-gara BIP ini. Loh? mereka bermain sama supplier satu lainnya. Mereka bermain dikapal rupanya mereka mencampu drum oli dengan air. Oli Mesran? iya oli drum-druman itu Oli SAE10, 0Li SAE20, Oli SAE30. Jadi, Polisi datang Karena KPC melapor kan. Saya dipanggil sampai beberapa kali. Polisi mengira saya ikut bermain. Polisi mana? POLSEK Sangatta MTQ square. BIP dulu membawanya dari kapal kita susun-susun di gudang.
Suatu ketika mau mengirm ke MSD, kita cek segel masih bagus tapi isinya sudah terkontaminasi. Mereka benar-benar kotor. Saya apa adanya saja. Kalau segel rusak bisa kita curigai tapi kalau segel masih bagus. Smuanya komplit. Jadi nggak mungkin kita ikut bermain buka-bukain segel. Polisi menginvestigasi dan saya saya jawab “saya nggak itu” kubilang. Begini loh prosedurenya: Saya cek semua segel, kalau tidak ada yang cacat saya tanda tangani. Itu zamannya Aurellius jadi supervisor. ahirnya polisi menangkap supplier’s crew. Saya jadi lega. Sekarang sudah enak pakai skid tank. Saya nggak takut dipanggil polisi jawa saja apa adanya. Pemanggilan polisi ada selama 3 mingguan. Habis makan siang dipanggil. Bersama Gining leading hand ku.
Saya juga selain di Dispatch pernah dibawah Berty wilar, supervisor receiving. Disinilah kisah suram saya bersama Adril. Saya mau pukul dia. Gara-gara bau UT sudah lama diterima tapi selisih jumlah di RAK. Saya sudah minta maaf. Nanti kita raise DR dan cancel receipt Tapi saya di anjing-anjingkannya terus. Dia bilang saya goblok. Bodok dibilang. Sudah tidak kulihat dia manusia lagi . Kuambil Jack ada sepanjang seperti ini.
Memperakah panjang diatas bahu dan lengan. Mau kuhajar dia. Lalu ia lari terbirit-birit masuk ke kantor. Jika sempat dia kena waktu itu, mungkin aku sudah tidak bisa kerja seperti ini. Selama 28 tahun kerja hanya itu pengalaman bentrok terburuk saya. Untunglah kalau Adri ia mudah sekali minta maaf dalam beberapa hari kemudian. Nangis-nangis datang ke saya minta maaf.
Dulu juga saya shift-shiftan. Zaman itu saya bilang pak, tolong lah dulu supaya saya bisa dapat rumah naikan grade saya ke grade 6. Nggak apa nggak naik gaji, yang penting saya bisa dapat perumahan daripada tinggal diluar terus. Anak saya sakit-sakitan dan ambil air terus. Pembantu juga susah didapat kalau kita tinggal diluar. Saya sasma dengan Adreas Kusi, grade 6. Saya juga senior shift-shiftan dulu dan Yudith jadi anggotaku. Beruntung waktu koversi grade saya dari enam menjadi grade “B”.
Saya tidak semudah seperti Sirmani untuk naik grade hanya grade 5 lah bisa menjadi leading hand zaman dulu. Itulah zaman perputara-putaran disitulah nggak kena. Kami yang dibawah Sirmani, Ginting di bawah pak Aurellkus.
Perumahan
Aku di kabo sampai dengan isteriku melahirkan anak yang ke-2 dirumah Bilman kabo. Seingat saya tidak bisa langsung ke perumahan. Karena harus tunggu giliran walaupun sudah grade 6. Bulan 9 tahun 1996 saya pindah ke bumi etam, sekarang bersebelahan dengan siswanto.
Sayang rumah sekarang di isi oleh kami berdua saja. Anak yang pertama sekarang sudah dokter sibuk dengan magang. Yang kedua sarjana hukum dan berjuang mencari peluang di jakarta dan yang terarih akan terbang juga ke Semarang sebagai MABA di teknogi ligkungan.
Saya benar benar tidak mempunyai rencana sukses tapi ada beberapa yang dapat bagikaan kepada rekan:
- Pentingnya perjalanan
- Ketekunan
- Akumulasi dau pengalama
- Dan kesbaran
Harapanku generasi penerusku tidak cengeng dan jangan mengharapkan yang instant dancengeng minta fasilitas.
Salmon, Sukses dengan kegigihan.
Diceritakab kembali oleh Syahrinil Rizal.
#lowonganpekerjaan #swasta #peluangbisnis #karir #lowongankerjaindonesia